
Tetapi ada
fakta luar biasa yakni sepanjang akhir 2012 sampai dengan November 2013,
yaitu bahwa Amerika kehilangan sekitar 423 ton emas dalam
negerinya. Kemana perginya emas Amerika tersebut? Emas-emas tersebut
dijual ke wilayah timur dunia seperti Cina dan selatan dan tenggara
termasuk negara kita, Indonesia.
Akhir 2013, Amerika dilanda
bencana dahsyat musim dingin. Ekonominya kembali terganggu. Sinyal the
Fed yg akan mengetatkan kebijakan moneternya (tappering), sirna dengan
kenyataan chairman the Fed Ben Bernanke digantikan oleh Janet
Yellen. Chairman baru The Fed ini, Janet Louis Yellen ber’mazhab’
kebijakan moneter longgar (baca : cetak uang).
Dan benarlah,
Yellen menyatakan stimulus moneter tidak akan dihentikan. USD kembali
melemah. Akibatnya sejak awal tahun 2014 ini, emas sudah naik 5,3% dalam
Rupiah dan sekitar 7% dalam USD. Di dalam negeri, kenaikan emas
‘dihambat’ stabilitas Rupiah pada kisaran 12.000 per USD.
Jadi
jawaban dari pertanyaan prediksi harga emas 2014 ke depan adalah
peristiwa-peristiwa di lapangan ekonomi Amerika sendiri. Perbaikan
ekonomi AS disebutkan sebagai perbaikan yang semu. Sehingga harga emas
pada 2014 sangat berpotensi naik cukup signifikan. Ditambah lagi
permintaan logam mulia mengalami ‘swing’ secara signifikan ke timur plus
Eropa yang terlilit hutang.
Harga emas bisa melejit dengan
kondisi ekonomi barat pulih atau tidak. Misal kondisi ekonomi barat
membaik, permintaan ‘safe haven’ logam mulia akan meningkat. Ini normal.
Sebagian besar simpanan emas & produsen emas ada di timur. Ketika
permintaan barat kembali pulih, harga terdongkrak. Atau karena
permintaan emas dunia saat ini ada di timur terutama Cina, emas terus
merangkak naik meski Eropa tak pulih.
Penggerak utama harga emas
masih kebijakan moneter Amerika (The Fed) dan European Central
Bank. Jika pencetakan uang dilanjutkan dengan tujuan ‘menghidupkan’
sektor riil, maka nilai USD dan EURO melemah. Seperti kita tahu,
berlawanan dengan USD & Euro, emas biasanya otomatis menguat. Meski
sebetulnya hubungannya tidak langsung seperti itu, melainkan dipicu
faktor antara.
Jika USD & EURO (juga mata uang kuat lainnya
melemah) melemah, investor cenderung beralih ke yang lebih aman yaitu
emas. Faktor ke-2 pemberi pengaruh harga emas : permintaan fisik emas
dunia yang sekarang didominasi wilayah timur dunia, sekitar 57%. Faktor
ketiga adalah produksi emas dunia yg saat ini berimbang antara wilayah
Asia, Afrika dan AS. Faktor ke-4 adalah kondisi politik & hankam
dunia yang pada akhirnya memberi pengaruh pada seluruh faktor lainnya.
Faktor ke-5 hanya berlaku di Indonesia yakni nilai tukar Rupiah terhadap
USD. Jika Rupiah sedang melemah, emas naik. Harga emas dunia stabil
bisa jadi naik signfikan di dalam negeri karena patokan harga emas dunia
adalah USD/troy ounce.
Jadi USD melemah-menguat, yang sebaliknya
akan mempengaruhi naik atau turunnya harga emas akan ditentukan Janet
Yellen. Juga kondisi krisis Eropa, penguatan permintaan emas di timur,
serta kondisi polhankam di Teluk dan Timur Tengah. USD 1420/ troy ounce
mungkin akan tercapai di akhir tahun. Atau naik sekitar 11% sepanjang
tahun ini jika rupiah stabil. Jika tercapai maka emas dalam rupiah akan
menjadi sekitar Rp550.000 per gram untuk pecahan 10 graman.
sumber : http://investasiemas-id.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar